Gaya Hidup Peristiwa
Beranda » Blog » WPI Bedah Buku Puisi “Perempuan Penjaga Tradisi” Karya Uleceny Penulis Asal Sumbawa

WPI Bedah Buku Puisi “Perempuan Penjaga Tradisi” Karya Uleceny Penulis Asal Sumbawa

Table of Contents+

    Jakarta, Sumbawa Koordinat – Menyambut undangan bedah buku puisi dari Wanita Penulis Indonesia (WPI) yang dilaksanakan di Jakarta tanggal 21 april 2025 bertempat di PDS H. B. Jassin gedung Ali Sadikin, Taman Ismail Marzuki. Dengan buku yang akan dibedah diantaranya Balon-balon di Balkon karya Hening Wicara penulis Riau, serta buku puisi Perempuan Penjaga Tradisi karya Uleceny penulis dari Sumbawa, penulis perempuan pemecah sunyi sastra Tanah Bulaeng, Samawa Sabalong Samalewa. Dimana kegiatan tersebut juga akan dirangkaikan dengan pelantikan anggota WPI cabang dalam hal ini dari Sumbawa diwakili oleh Atiek Sulistiwati guru SMPN 1 Sumbawa Besar. Uleceny hadir dengan dukungan dari Wakil Bupati Sumbawa dan WPI Kabupaten Sumbawa.

    “Menjadi inspirasi bagi generasi penerus Tau Samawa dalam berpuisi merupakan salah satu program dari Panre Satera, dan Wanita Penulis ( WPI) Cabang daerah Sumbawa. dalam hal ini, sebagian anggota Panre Satera tergabung juga dalam anggota WPI daerah. ”

     

    “Dan dalam kegiatan ini, kami didukung oleh bapak wakil bupati Sumbawa, Drs.H. Mohammad Ansori untuk terus melakukan giat literasi di masa yang akan datang. Serta dukungan dari kepala Cabang Dinas Dikbud Kabupaten Sumbawa, Bapak Junaidi, M. Pd. Kabid GTK kabupaten Sumbawa Bapak Sutan Syahrir S, Sos, Kepala Sekolah SMAN 3 , Agus Surya, Pratama, S. Pd, Kepala SMPN 1 Sumbawa, bapak Wisnu Pujanadi, S. Pd, dan pembina WPI kabupaten Sumbawa Candra Wijaya Rayes” terang Uleceny kepada media ini melalui saluran telepon.

     

    Puisi Bahasa Sumbawa Oleh Indra Karsyah (Koordinator Bidang Sejarah Komunitas Sastra Sumbawa – Panre Satera)

    Mewakili rekan-rekan WPI kabupaten Sumbawa dan Komunitas Panre Satera, Uleceny berharap kegiatan menulis puisi akan terus bergeliat khususnya di Sumbawa. Saat ini minat dan potensi besar dapat dilihat dengan adanya komunitas-komuntas sastra yang menghadirkan adanya kegiatan sastra serta penulisan puisi berbahasa daerah yang menjadi upaya menjaga tradisi menulis dan inspirasi bagi generasi penerus Tana Bulaeng.

     

    Kehadiran delegasi dari Sumbawa dalam acara bergengsi ini bukan hanya sebagai bentuk eksistensi, tetapi juga sebagai upaya memperkenalkan suara perempuan Samawa dalam jagat kesusastraan nasional. Tradisi lisan yang begitu kuat di Tana Bulaeng kini mulai menjelma dalam bentuk tulisan, menjembatani antara kearifan lokal dan modernitas literasi.

     

    Dalam sesi bedah buku yang diagendakan, karya-karya yang diangkat bukan sekadar rangkaian kata, melainkan napas budaya yang menyuarakan identitas, harapan, dan kegelisahan perempuan di tengah arus perubahan zaman. Buku Perempuan Penjaga Tradisi karya Uleceny, misalnya, menyuguhkan puisi-puisi yang berakar pada nilai-nilai lokal Sumbawa, mulai dari peran perempuan dalam adat, hingga keteguhannya menjaga harmoni dalam keluarga dan masyarakat.

    Wakil Bupati Sumbawa Beri Tips Sukses Kepada Seluruh Siswa SMANIGA Sumbawa

     

    Acara ini juga menjadi momentum penting bagi pelantikan anggota baru WPI cabang daerah, sebagai wujud perluasan jejaring literasi perempuan di tanah air. Kehadiran Atiek Sulistiwati sebagai perwakilan dari Sumbawa bukan hanya membawa nama lembaga, melainkan juga membawa suara dan semangat para perempuan penulis di pelosok-pelosok Samawa.

     

    Panre Satera, sebagai komunitas yang concern terhadap pengembangan literasi lokal, menyambut hangat kolaborasi ini. Ketua Panre Satera Dr. Suharli Majid, dalam pernyataannya, menyebutkan bahwa sinergi antara komunitas sastra dan organisasi kepenulisan perempuan menjadi langkah strategis dalam menciptakan ruang yang inklusif bagi perempuan untuk menulis, berbagi, dan berdaya.

     

    Dibalik Perjalanan Sastra Perempuan Samawa

    “Ini adalah bagian dari misi kebudayaan kita. Menulis bukan hanya soal estetika kata, tapi juga bentuk perlawanan terhadap sunyi, terhadap dilupakannya sejarah perempuan dalam narasi besar negeri ini,” ujar Candra Wijaya Rayes, pembina WPI Kabupaten Sumbawa.

     

    Antusiasme juga tampak dari para pelajar dan guru yang tergabung dalam kegiatan ini. Mereka menyatakan bahwa keberadaan tokoh-tokoh perempuan inspiratif di dunia sastra lokal memberikan dorongan moral yang besar, terlebih bagi siswa-siswi yang baru mulai menekuni dunia tulis-menulis.

     

    Acara di Jakarta nanti tidak hanya akan menjadi ruang temu, tetapi juga ruang temu pikir dan temu rasa. Ruang yang mempertemukan puisi dan cita-cita, harapan dan dedikasi. Perempuan dari timur Indonesia akan menunjukkan bahwa mereka bukan sekadar penjaga tradisi, tapi juga pencipta masa depan.

     

    Dari Sumbawa untuk Indonesia. Dari perempuan Samawa untuk dunia sastra yang lebih bergema. Perjalanan ini masih panjang, dan gema puisi dari Tana Bulaeng. (Dn)

    Komentar

    Tinggalkan Balasan

    Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

    Bagikan