Gaya Hidup Peristiwa
Beranda » Blog » Bedah Buku Puisi “Perempuan Penjaga Tradisi”, WPI : Sarat Dengan Simbol-Simbol Makna

Bedah Buku Puisi “Perempuan Penjaga Tradisi”, WPI : Sarat Dengan Simbol-Simbol Makna

Table of Contents+

    Jakarta, Sumbawa Koordinat – Masih dari gelaran Bedah Buku Puisi “Perempuan Penjaga Tradisi” karya Uleceny dari Sumbawa, dan buku puisi “Balon-balon Di Balkon” karya Hening Wicara dari Riau, yang diadakan oleh Yayasan Wanita Penulis Indonesia, dalam rangka merayakan HUT ke -42 dan memperingati hari Kartini. Bertempat di Pusat Dokumentasi Sastra (PDS) H. B Jassin. Taman Ismail Marzuki (TIM), Cikini Jakarta Pusat, senin (21/04/2025) menghadirkan pembica DR. Free Hearty, M. Hum dan DR. Anitasa Dewi, SS. M. SI. Dengan moderator Nunyang Jaimee.

    DR. Anitasa Dewi, SS. M. SI, menyampaikan tentang apa yang tersirat dalam buku Perempuan Penjaga Tradisi karya Uleceny ini adalah bagaimana perempuan Sumbawa menjaga tradisi positif yang terwariskan agar lestari buat generasi yang akan datang. Menurut ( Anthony) Giddens, seorang sosiolog dari UK, tradisi harus dijaga, jika tidak. Maka hilang tanpa bekas. Namun, kita tahu bahwa tidak mudah menjaga tradisi. Lewat puisi Janji Perempuan Rumah Panggung uleceny memberitahukan bahwa melalui perempuanlah tradisi itu terjaga dengan baik, tradisi Sumbawa terjaga dengan baik lewat wanita-wanita hebat Sumbawa yang akan mewariskan nilai-nilai moral dan kebaikan akan tersampaikan pada anak-anaknya.

    Melalui puisinya Uleceny menyadari, tradisi bukan sekedar warisan nenek moyang melainkan cermin identitas yang akan membentuk siapa kita. Di tengah arus globalisasi dan moderenisasi. Menjaga tradisi artinya menjaga akar budaya menjaga diri kita sendiri.

    ” Puisi Perempuan Penjaga Tradisi menjadi ruang ekspresi bukan sekadar indah secara estetika namun kuat secara nilai dan makna. Disuguhkan melalui simbol-simbol yang memiliki makna dan arti. ” jelas Dr. Anitasa Dewi S.S.,M.Si menyimpulkan.

    Puisi Bahasa Sumbawa Oleh Indra Karsyah (Koordinator Bidang Sejarah Komunitas Sastra Sumbawa – Panre Satera)

    Balon-balon di Balkon. Dengan kelebihan yang dimiliki seorang penulis Hening Wicara, sungguh menggelitik untuk diselami lebih jauh siapa sebenarnya Hening?. Ada apa dengan Balon- balon ditambah lagi dengan kata Balkon. Awalnya saya mengira seperti balon-balon permainan anak-anak, setelah dikawinkan dengan kata balkon, maka pasti ada sesuatu yang berbeda. ” Ucap Free Hearty, ketika mengulas buku puisi Balon-balon di Balkon karya Hening Wicara.

    Setelah diselami lebih jauh dalam puisi Hening Wicara, ditemukan mutiara kata dengan ritme, irama, metafora, dan Simile. Hampir di setiap puisinya memiliki metafora yang bagus dan ritme yang indah mewakili hati semua perempuan, dan ditutup dengan warna tertentu. Dan ini menjadi sebuah pertanyaan, apa yang membuat penulis menulis semua warna dalam puisinya.

    Bundo Free berharap Hening tidak hanya menulis tentang “aku dan kau, ” Karena masih banyak hal yang harus ditulis, karena tulisanya sudah bagus, mungkin bisa dikembangkan menjadi novel ataupun cerpen.

    Selain anggota dan pengurus WPI banyak yang ikut hadir dan membacakan puisi dari dua wanita penulis WPI diantaranya Ketua TISI Imam, Ma’arif, Marseka Oktavianus ,Atiek Sulistiawati (WPI SUMBAWA) membaca puisi karya Uleceny, Maman S Mahayan ( ketua Jagat Sastra Milinea), Riri Satria ( anggota Komite Dewan Kesenian Jakarta, Nanang Ribut Supriatin, sastrawan senior Adry Darmaji Woko dan beberapa penyair lainnya. (Dn)

    Wakil Bupati Sumbawa Beri Tips Sukses Kepada Seluruh Siswa SMANIGA Sumbawa

    Komentar

    Tinggalkan Balasan

    Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

    Bagikan